Ibu Mertua ku sayang

Ibu mertua, ibu dari istriku yang aku panggil emak selain emak ku. Beliau terbaring sakit sejak pertama kali aku pindha di rumah itu. Beliau telah lama sakit bahkan seminggu sekali harus cek up ke dokter syaraf untuk meredakan sakitnya itu. Awalnya beliau mengeluhkan sakit di dada, bahkan terkadang sulit untuk tidur dan diberila obat tidur.
10 Januari kami menikah, ada rasa bahagia dan rasa haru, sedih bercampur aduk karena pada hari itu pula ibu mertua ku tidak dapat menemani kami dipelaminan dan digantikan oleh bibi dari istri ku. pada saat acara salaman dan sungkeman, ibu tetap tidak bisa hadir di tengah" kami dan digantikan oleh kakak dari bpk mertua saya, namun kami tetap melaksanakan sungkeman dan mohon doa restu kepada ibu yang saat itu terbaring di kursi panjang. Tangisan pecah saat itu, seluruh sanak saudara menangis haru dan aku apa lagi. aku ucapkan, mak mohon doa restu, mohon bimbingannya, ibu ku berpesan kepadanya "bu, sudah lepas tanggung jawab kita" yang dapat kita simpulkan bahwa anaknya sekarang sudah menjadi tanggung jawab aku selaku suami. Kebetulan kami menikah diusia yang cukup 27th.
12 januari 2021, kami memutuskan untuk membawa ibu mertua ku ini kerumah sakit, setelah sebelumnya beliau sempat periksa dan pada tgl 13 rujukan akan habis, maka tgl 12 kami pergi ke rumah sakit. Kondisi beliau adalah sudah tidak bisa jalan, hanya terbaring dengan 1 tangan saja yang masih bisa berfungsi. Tujuan kali ini adalah untuk memeriksakan kondisi beliau yang sering sekali batuk, maka kami minta untuk ct scan. Ternyata untuk ct scan agar di tanggung bpjs, pasien wajib rawat inap. Target kami adalah 3 hari lalu pulang. dna ternyata sampai 3 mingguan baru bisa pulang. Hasil yang didapat adalah, adanya bercak" putih hasil scan di paru-paru yang menyebar di tulang belakang dan tulang dekat pundak. Dokter pun curiga dari mana asalnya. Ini adalah kanker paru stadium akhir ditambah sudah menyebar. 2 tahun sebelumnya, 2019 ibu ku ini pernah operasi pengangkatan rahim yang dimana diusia yang sudah 50an beliau masih mengeluarkan darah yang mengakibatkan dokter kandungan meminta dioperasi. Mungkin dari sini sebenarnya sudah ada tanda"nya. Kanker paru yang mungkin sudah lama diidapnya saat dulu ia menyakitkan dadanya. Namun kami tidak diarahkan kedokter manapun hanya berinisiatif ke dokter syaraf untuk mengobati tidak bsia tidurnya itu. Kondisi saat itu ternyata ada benjolan keras di perut ibu ku, ini juga yang dieluhkannya sering sakit pada bagian perut.
Ok, saat mengantar inilah aku selaku menantu berbakti dengan mengantar mamak mertua kerumah sakit. Pulang pun aku yang jemput walau beliau sudah tidak bisa berjalan. Saat itu sempat ada ide untuk pakai ambulan eh beliau nyeletuk "nd ah, terlalu lebay" begiru kira-kira intinya.
Setelah 3 mingguan dirumah sakit, ibu akhirnya pulang walau belum sembuh dan mungkin sudah tidak bisa sembuh. Mengapa 3 mingguan, karena saat harus ct scan kondisi pasien harus normal dlu, ntah itu tekanan darah, gula dll. Jadi ibu diinapkan lebih lama dari yang sakit normal, sampai kejang dan sakit lagi. Dirumah sakit ibu sempat kejang-kejang tapi tidak lama. Bahkan tubuhnya saat itu semapt demam jadi di tunggu demam nya hilang lagi. Untungnya sebelum rawat inap ada tes swab Covid, untung saja negatif. Bayangkan jika positif bagaimana ia bisa bertahan seorang diri didalam sana.
Oh iya, sabtu 16 januari kami juga merayakan pernikahan kami dirumahku sebelumnya kan dirumah istriku. Ibu ku saat itu telah terbaring lemah di rumah sakit, dan kami lagi" merayakan tanpa kehadiran ibu mertua ku.